Jumat, 21 Februari 2014

Berliterat atau Mati!!!


Pagi yang cerah, suara burung bernyanyi, terlihat embun yang menyapa di balik jendela. Sepertinya hari ini akan cerah. Ku tuliskan setiap ilmu dalam kertas yang putih ini, bersih, hingga tinta emas ini mengukir setiap sudutnya hingga menjadi lebih indah. Seseorang pernah mengatakan bahwa menulis itu kunci untuk mengingat ilmu.
Mr. Lala mengatakan bahwa mulailah berekspresi dengan tulisan. Kekuatan tulisan seseorang itu bisa dilihat dari seberapa seringkah orang tersebut membaca, atau dengan dilihat dari pendidikannya yang tinggi, atau juga dengan praktek, karena tulisan kita akan berkembang dengan praktek.
Pada class review kedua ini, saya masih akan membahas mengenai literasi dan akademik writing. Tapi sebelum mebahasnya, saya akan mengutip kata-kata yang Mr. Lala katakana bahwa menurut beliau kita ini adalah “A Writing Multilingual” yang menulis secara efektif dalam L1 dan L2 efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2, yang mengubah diri dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis, yang dapat membuat informasi pilihan dalam hidup dan yang bisa mengubah dunia. Dimana yang disebut dengan a writer multilingual disini menurut A.Chaedar Alwasilah adalah seseorang yang mampu berliterat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta bahasa ibu, karena jika anda tidak mampu berliterat dengan bahasa ibu, maka anda adalah orang yang payah!
Hyland mengatakan bahwa, “menulis adalah praktek didasarkan pada harapan: peluang membaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin harapkan yang didasarkan pada teks-teks telah ia baca dari jenis yang sama”.
Menurut Hoey (2001), seperti yang telah dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis adalah seorang penari, penari yang mengikuti langkah-langkahnya masing-masing. Setiap rasa tulisan harus tetap dijaga, dimana penulis harus mempersiapkan segala kemungkinan untuk mengantisipasi tulisannya akan tepat sasaran dan dapat dipahami oleh sang pembaca. Jadi antara pembaca dan penulis keduanya harus membuat koneksi yang kuat satu sama lainnya, hingga terciptalah sambungan yang disebut seni.
Menurut Lenthonen (2000:74) oleh Barthes mengungkapkan bahwa bahasa Sausure adalah suatu system yang didefinisikan oleh maknanya sendiri, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih linguistic sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan makna. Juga Lethonen mengungkapkan bahwa pembaca menjadi inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat dimana makna dimiliki. Teks dan pembaca tidak pernah berdiri sendiri satu sama lainnya, tapi malah sebaliknya saling menghasilkan satu sama lainnya.
Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan keduanya secara bersama-sama dalam rangka arti toform, serta pengetahuan sendiri ke teks.
Setelah mengetahui banyak tentang bagaimana koneksi pembaca dan penulis berhubungan satu sama lainnya. Kita akan mereview kembali tentang “teaching orientation” yaitu sebagai berikut:
  1. Academic Writing
Ø  Formal
Ø  Critical
Ø  Structure – focused. Yang berhubungan langsung dengan
Ø  Systemacity
Ø  Rigid (kaku), disini kita belajar bagaimana kita mampu mencairkan ide yang kita miliki.
  1. Critical Thinking
Ø  Selective you will not take something for granted. Yang menjelaskan bahwa think, write, and read itu ketiganya saling berkaitan erat satu sama lainnya.
  1. Writing :
Ø  A way of knowing something
Ø  A way of representing something (voice), dimana kita akan belajar untuk merepresentasikan diri kita.
Ø  A way of reproduction something.
Perlu diingat bahwa “something” diatas menurut psikolog adalah meliputi : informasi, knowledge, dan experience.
Menulis adalah professionalism seseorang. Betapa pengalaman itu sangat berharga dan sangat penting. Bahkan menurut dosen writing kami ini (Mr.Lala Bumela) seseorang itu tidak cukup dengan pintar (smart) saja, karena percuma saja kalau seseorang pintar tapi dia tidak pernah punya pengalaman.
Jadi kesimpulannya adalah literacy dan language teaching adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Berbicara literacy berarti kita akan berbicara kemajuan bangsa, dimana semakin tinggi literasi yang dimiliki setiap masyarakat, maka akan semakin tinggi GDP di negeri ini. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang berliterasi adalah orang yang mengerti hukum, dimana mereka tidak pernah membuang sampah sembarangan, dan mereka rela mengantri walaupun  sepanjang apapun antrian tersebut (contoh kecil). Literasi pun akan berhubungan dengan lompatan ekonomi, teknologi, kesadaran social dan lain-lain. Berbicara litersi maka kita tidak akan luput dari baca-tulis, pembaca dan penulis mempunyai koneksi satu sama lainnya. Dimana teks tulisan kita akan menjadi kuburan dan pembaca adalah sebagai ruhnya. Setiap teks yang kita buat harus didasarkan kepada beberapa referensi. Sukses itu adalah perjalanan hidup setiap hari, jika kita ingin sukses di umur 35 tahun, maka kita harus mempersiapkan semuanya dalam kurun waktu 35 tahun juga.
Mengapa saya mengambil tema “Berliterat atau Mati!!!” dalam class review ini adalah karena saya merasa negeri ini butuh orang-orang yang berliterat, mampu mengerti hukum dan berani mengubah dunia menjadi lebih baik lagi lewat kreasi-kreasinya. Negeri ini tidak butuh orang-orang yang korupsi, karena itu merupakan salah satu contoh besar orang-orang yang tidak berliterat dan tidak mengerti hukum. Kapan negeri ini akan dipandang baik oleh Negara-negara diluar sana, jika masyarakatnya tidak mampu merubah apapun yang buruk menjadi lebih baik?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar